Anak 7 tahun Ini Menambang 12 jam/hari Dengan Gaji 2$ : Kisah Pilu Dibalik Pembuatan Baterai Smartphone Microsoft, Apple, dan Samsung
Sabtu, 12 Maret 2016
BuzzTrendz - Sama seperti di Indonesia dulu, ketika supplier timah untuk Apple ternyata banyak memperkerjakan anak di bawah umur dan beritanya meluas hingga ke seluruh dunia, kini momen yang sama terulang lagi.
Kali ini terjadi di Republik Congo. Dimana Congo Dongfang Mining yang merupakan anak perusahaan dari Zhejiang Huayou Cobalt Ltd, memperkerjakan anak dibawah umur, termasuk juga yang masih berusia 7 tahun, untuk menambang bahan baterai lithium-ion.
Congo Dongfang Mining merupakan supplier bahan baterai yang digunakan oleh smartphone buatan Apple, Microsoft, Samsung, Dell, HP, Huawei, Lenovo, LG, serta tidak menutup kemungkinan juga merupakan supplier bagi manufaktur lainnya.
Hal ini sebenarnya memang tidak ada hubungannya secara langsung dengan Apple, Microsoft, ataupun Samsung. Hanya saja nama besar mereka langsung menarik dan menyita perhatian dunia saat memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan yang dianggap kurang manusiawi itu.
Anak berumur 7 tahun ini menambang 12 jam setiap hari, dengan gaji rata-rata $2 (sekitar 30 ribu rupiah) per hari. Satu hal yang lebih memilukan, sejak September 2014 dikabarkan sudah ada 80 pekerja tambang yang meninggal saat bekerja, dan mayatnya dibiarkan saja di lokasi tambang, kering terbakar panas disana.
Menurut data tahun 2014, ada sekitar 40.000 anak dibawah umur yang diperkerjakan di tambang Congo dengan gaji yang sangat rendah.
Tekanan untuk bersaing harga dan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin membuat manufaktur seringkali mencari supplier yang mampu menawarkan dengan harga murah. Tetapi murahnya harga yang mereka tawarkan kadangkala berimbas kepada rendahnya gaji serta kepedulian bagi karyawan.
Di atas kertas, Perusahaan multinasional memang selalu berkata tidak akan toleransi dengan kegiatan memperkerjakan anak dibawah umur. Tetapi dalam banyak kasus juga mereka enggan menginvestigasi apa yang terjadi di partner supplier mereka, meskipun memang harus diakui tidak mudah untuk meneliti satu per sat supply chain bagi perusahaan raksasa sekelas Microsoft, Apple, Samsung, dsb yang supplier nya tersebar di berbagai negara.
Bagaimana tanggapan kamu atas fenomena ini?
sumber : winpoin